Pikirkan Kembali
Berikut ini merupakan artikel karya salah seorang seniorku. Setelah membaca ini, aku benar-benar berpikir tentang latar belakang dalam seluruh aktivitas yang kita lakukan. Selain itu juga menjadi pengingat diri, jangan-jangan aktivitas yang kita lakukan terselip niat-niat kotor. Maka tak heran, perbuatan kecil akan menjadi besar karena niatnya, dan perbuatan besar menjadi kecil karena niatnya. Artikel ini sangat bermanfaat.
Lebaran di mana saja yang penting
hatinya. #menghibur diri.
Hemmm...Sebenarnya sedih nggak bisa
kumpul dengan keluarga yang lengkap di tanah kelahiran. Tidak bisa bersungkem
dengan orang tua dan sanak famili, makan ketupat lebaran dan keliling ke rumah sodara
sambil “nanggo” (pinjam bahasa Pontianaknya ya?). Huff... tapi ini hanya point
of feel. Teman dan sodara orang lain juga bisa jadi keluarga. Seperti apapun
lebaran di Pontianak dan Bekasi, both of them are nice town for me...
And now... bukan tentang 2 kota itu
yang akan diceritakan disini. Ini hanya tentang alarm diri yang sebenarnya
takut untuk saya lupakan so, ditulislah dalam note ini. Sekaligus berharap
dapat balasan "pembelajaran diri" lebih banyak dari siapapun yang
membaca ini.
Di HARI TERAKHIR Ramadhan tahun
ini, "pengingat" itu disampaikan oleh seorang warga dalam ceramahnya
selepas tarawih dan shalat subuh. Rangkaian ceramah yang panjang tapi lugas,
tidak menggurui dan sangat hati-hati dalam penyampaiannya. Sebuah pengingatan
untuk kembali meluruskan niat dalam pencapaian sebuah mimpi.
Pertanyaan sederhana untuk
sebagian kondisi saat ini,
1. Di hari lebaran ini, baju
barumu, ketupat lebaran, aneka masakan daging di meja makan, dan kue kering
mahal yang tertata rapi dalam toples2 kaca. Untuk menghormati tamu kah? atau
hanya agar kalian tak malu?
Baik jika jawaban yang dipilih
adalah untuk menghormati tamu. Bismillah semoga Allah meridhoi kita. tapi
bagaimana jika terselip niat semua itu hanya untuk pamer dan tak mau kalah
dengan tetangga.
Untuk yang pertama dalam
hari ini saya diingatkan untuk berhati-hati menjaga niat.
2. Untuk para pemuda, sabanyak apa kalian rangkai mimpi-mimpi yang akan kalian capai? Lalu untuk apa kalian menginginkannya?
a. Kuliah tinggi, apakah hanya
untuk gelarnya?
b. Berprestasi sering menang lomba,
apakah hanya untuk hadiahnya?
c. Menjadi siswa teladan, mahasiswa
berprestasi dan sering bolak-balik luar negeri untuk kegiatan akademik atau
mungkin petani teladan, apakah hanya untuk pengakuan?
d. bekerja pada perusahaan berkelas,
dan menjadi pengusaha sukses, apakah hanya untuk sebuah kekayaan?
Kata-kata monoton yang mungkin
sering kita dengar, semua itu hanya untuk kepentingan dunia yang fana sedangkan
kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat dan visi seorang muslim yang
sebenarnya adalah untuk menegakkan agama Allah. Niatkanlah menjadi cerdas agar
dapat membela agamamu dan untuk mendidik generasi dengan mental tangguh.
Niatkanlah menjadi kaya agar kalian dapat membantu sesama. Niatkanlah menjadi
yang terbaik agar menjadi teladan dan motivasi untuk yang lain. Dan niatkanlah
semua yang ingin dilakukan hanya untuk keridhoan-Nya.
Dalam bahasan ini saya banyak
diingatkan untuk kembali menata niat dalam setiap mimpi yang terangkai.
Dan untuk yang kedua, saya
diingatkan untuk kembali meluruskan niat
Teruntuk semua sahabat, kakak,
adik, dan stiap orang yang selalu berarti dalam hidup saya. Kita tak pernah
tahu fluktuasi kondisi hati yang sebenarnya. Mohon maaf atas segala kekhilafan
yang pernah ada. Mohon pengingatan dari kalian semua. Seperti kata seorang
teman beberapa waktu yang lalu,
Seorang sahabat, teman ataupun
saudara adalah cermin terbaik untuk kita memperbaiki diri.
Salam Pembelajar...
Artikel di atas ditulis oleh : Siti Fathimah (Azzahra Sifath Maulana) seniorku di MIPA.
Comments
Post a Comment